Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas

Rabu, 13 Mei 2015

jiwa yang tenang tersimpan kekuatan yang dasyat yang mampu menaklukkan isi dunia.

Ilmu Ma’rifat, menajamkan mata hati
Kategori: Lainnya
Ma’rifat adalah tingkat penyerahan diri kepada Allah secara berjenjang, secara tingkat demi setingkat sehingga sampai kepada tingkat keyakinan yang kuat. Orang yang memiliki ilmu ma’rifat dianggap sebagai orang yang ‘arif’, karena ia bisa memikirkan dalam-dalam tentang segala macam liku-liku kehidupan di dunia ini.
Oleh karena itu jika kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu ma’rifat, maka akan meraih suatu karomah. Karomah adalah keistimewaan yang tidak dimiliki orang awam. Bentuk karomah tersebut adalah mata hati kita menjadi awas dan indra keenam kita menjadi tajam. Jika indra keenam menjadi tajam, kita akan dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi di balik peristiwa.
Orang yang mata hatinya dan indra keenamnya tajam, maka ia dapat masuk ke dalam hal-hal yang dianggap gaib (tersembunyi). Orang yang arif (memiliki ilmu ma’rifat), suka memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah dengan mata kepalanya, kemudian ia merenungkan dengan mata hatinya.
Orang ma’rifat jika melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu menggunakan muraninya daripada hawa nafsunya. Ia tahu betul, apakah hawa nafsu yang mempengaruhi dirinya atau nuraninya yang berkata. Oleh karena itu, orang yang sudah menduduki tingkat ini, selalu tajam indera keenamnya. Ia tahu sesuatu yang merugikan bagi dirinya meskipun tampak seakan-akan menguntungkan. Ia pun tau apa yang menguntungkan, meskipun seakan-akan tampak seperti merugikan.
Maka, jangan heran, kadang-kadang orang awam memandang sesuatu itu baik dan menguntungkan, namun bagi orang ma’rifat (orang yang tajam indera keenamnya), dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan.
Melihat kebaikan dan keburukan dengan mata kepala saja tidak akan dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sesuatu yang elok dipandang mata kadang-kadang hanyalah tipuan belaka. Sesuatu yang buruk dipandang mata, kadang-kadang tersimpan sesuatu yang menguntungkan. Maka betapa pentingnya jika kita berlatih untuk mempertajam mata hati dan indera keenam.
Buta mata belum tentu membahayakan bagi kehidupan kita. Karena banyak orang yang buta matanya, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Bahkan ia mempunyai keistimewaan, yakni lebih awas daripada kita yang memiliki mata normal. Namun jika mata hati telah buta, maka pertanda hancurlah kehidupan kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Orang yang buta hatinya, seringkali merasa kecewa dalam menghadapi liku-liku kehidupannya, karena ia sering gagal dalam mengambil keputusan. Keputusannya lebih banyak meleset. Sebab, yang digunakan untuk mengambil keputusan lebih didasarkan pada penglihatan mata dan akal yang dipenuhi hawa nafsu. Jadinya, ia kurang cermat dan kurang hati-hati. Ia mudah terkecoh dengan fatamorgana serta khayalan-khayalannya sendiri.
“Dan barang siapa yang buta mata hatinya di dunia ini, maka buta pula di akhirat, jauh tersesat jalannya.”
“Sesungguhnya, bukan matanya yang buta, tetapi mata hatinyalah yang buta, yang berada di rongga dadanya.”
Oleh karena itu, betapa pentingnya kita mempelajari ilmu ma’rifat. Dengan ilmu ma’rifat, hati dan alam bawah sadar kita terhindar dari ‘kebutaan’. Hati kita menjadi jernih sehingga setiap apa yang kita pikirkan dan kita lakukan akan mendatangkan hasil yang menguntungkan.
Orang yang ma’rifat, selalu berprasangka baik kepada siapapun. Ia juga selalu berprasangka baik kepada Allah swt. TIdak pernah berkeluh kesah dalam hidupnya. Ia selalu merasa dekat kepada Allah. Selalu merasa cinta, penuh harapan dan hatinya terasa senantiasa tenteram.
Ilmu ma’rifat mengantarkan kita kepada suasana hati ikhlas dalam berbuat apa saja, lebih-lebih beribadah kepada Allah. Ibadahnya dilakukan tanpa pamrih dan tanpa keinginan dipuji orang lain.
Orang-orang ma’rifat menganggap jika perbuatan dilakukan tidak dengan ikhlas, tetapi dengan pamrih, maka akan mengotori jiwanya. Jika jiwa kotor, hati akan berdebu. Bila hati berdebu berarti mata batin dan indera keenam telah buta.
Golongan orang-orang ini selalu menjaga hatinya dan alam bawah sadarnya agar tidak tercemar oleh debu-debu yang dapat membutakan. Karena itu, suasana hati orang-orang ma’rifat selalu tenteram karena selalu berprasangka baik kepada siapa pun, tidak membenci, tidak dendam, tidak iri hati, tidak sombong dan tidak riya’.
Sebab, sederetan penyakit semisal sombong, benci, dendam, iri hati dan sebagainya merupakan letupan emosi, bukan nurani yang berbicara, melainkan nafsu keserakahan.
Jika kita telah mendalami ilmu ma’rifat dengan bersungguh-sungguh, maka akan dapat melihat betapa diri kita menjadi orang yang luar biasa. Mungkin kita akan terheran-heran. Karena jika ilmu ma’rifat telah dikuasai, maka seseorang akan dapat mengenal Allah, sehingga antara dirinya dan Allah seakan-akan tidak ada batas/perantara, sehingga seakan-akan mampu berhubungan langsung.
Disamping itu, kita akan dapat dengan mudah menyerahkan hawa nafsu menurut kehendak Allah. Kita merasa tidak punya hak untuk memiliki, sekalipun pada diri sendiri. Karena menyadari segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah milik Allah, termasuk nyawa kita.
Diambil dari buku Telaga Ma’rifat, karya Syaikh Ibnu ‘Athoillah

Jumat, 01 Mei 2015

Tips untuk menjadi bijaksana

Ada beberapa Tips Untuk Menjadi
Bijaksana:
1. Belajarlah dari pengalaman. Ini
mencakup pengalaman positif
maupun negatif. Biarlah
penderitaan dan kesalahan itu
menjadi gurumu, ingatlah bahwa
kesalahan itu mengajari kamu
hal-hal yang tidak efektif agar
kamu menemukan hal-hal
efektif. Biarlah penderitaan
mengajari kamu kesabaran, belas
kasih kepedulian dan kerelaan
berbagi dengan sesame.
Renungkanlah hal-hal yang
terjadi padamu dan hal-hal
yang kamu perbuat. Terimalah
tanggungjawab atas pilihan-
pilihan yang kamu buat dan
konsekuensinya.
2. Kembangkanlah pikiranmu.
Belajar tidaklah berakhir pada
usia 17 atau 20 atau 30 atau
berapapun kamu berhenti
sekolah. Belajar adalah seumur
hidup. Peliharalah pikiran yang
terbuka terhadap informasi baru
dan sikap mau diajar. Carilah
pengetahuan, ide-ide,
kebudayaan-kebudayaan dan
beranikanlah dirimu mengunjungi
tempat-tempat yang belum
pernah dikunjungi.
3. Rawatlah tubuhmu. Kamu tahu
bahwa sehat itu penting.
Makanlah makanan yang bergizi,
tidurlah yang cukup dan berolah
ragalah secara teratur, jagalah
kebersihan tubuhmu dan
hindarilah kebiasaan-kebiasaan
yang merusak seperti
merokok,minum minuman
beralkohol.
4. Peliharalah rohmu. Batinmu
membutuhkan pemeliharaan juga.
Berikanlah makan kepada rohmu
dengan membaca alkitab,
mempelajari serta merenungkan
Firman Tuhan, dan banyak
berdoa
5. Kenalilah dirimu sendiri dan
kamu dapat menjadi apa.
Ikutilah hobi dan minatmu,
tela’ah dan kembangkanlah
bakatmu. Mengenali dirimu
sendiri juga berarti mengakui
serta menerima keterbatasan-
keterbatasanmu.
6. Yakinlah akan harga dirimu.
Janganlah mengandalkan
penerimaan orang lain. Kuasamu
berasal dari dalam. Janganlah
mengandalkan orang lain untuk
menggerakkannya, jadilah
penggerak diri sendiri.
7. Carilah dan bangunlah hubungan
dengan sesama. Bagaimana kamu
berhubungan dengan sesama
adalah tergantung kepada
bagaimana kamu berhubungan
dengan dirimu sendiri. Kalau
kamu terima dan kamu hargai
dirimu sendiri, akan lebih mudah
menerima dan menghargai
sesamamu. Kenalilah orang-orang
lebih dekat di rumah, di sekolah,
di lingkungan dan di komunitas.
Bersedialah belajar dari
mereka..
8. Carilah dan bangunlah hubungan
dengan dunia. Seluruh alam
menghasilkan music bersama-
sama, seperti anggota sebuah
orchestra. Orang bijak adalah
mereka yang mengikuti irama
alam, irama cuaca, hewan dan
makhluk-makhluk di dunia.
Belajarlah berbagi,
menyeimbangkan dan hidup
bersama alam.
9. Kembangkanlah intuisimu. Kalau
kamu intuitif, kamu dapat
menangkap perasaan,
kepercayaan, keinginan dan
kebutuhan sesamamu. Tidak
semua orang itu intuitif secara
alami, tetapi kamu bisa berlatih
agar lebih intuitif. Salah satu
caranya adalah dengan
membayangkan bagaimana
perasaan orang lain.
Tempatkanlah dirimu sebagai
mereka, berjalanlah dengan
sepatu mereka.
10. Gunakanlah akal sehatmu.
Seringkali, akal sehat itu
hanyalah soal berfikir sebelum
bertindak-menarik apa yang
sudah kamu ketahui tanpa harus
berfikir keras. Akal sehat itu
tidak canggih, tidak
mendalam.Tapi selalu
memberikan arahan &
pertimbangan yang jelas.
11. Buatlah rencana dan ambillah
keputusan berdasarkan keadilan
dan kebenaran. Bersikaplah
toleran terhadap orang lain dan
ide-ide mereka. Cobalah untuk
tidak menghakimi mereka.
Kumpulkanlah sebanyak mungkin
informasi sebelum membentuk
pendapat.
12. Cobalah melihat ‘gambaran
besarnya’. Kalau kamu bisa
membayangkan seperti teka-teki
itu setelah jadi, akan lebih
mudah kamu memasangnya.
Contoh kamu mengerti bahwa
semua orang butuh dikasihi dan
diterima. Kamu tidak bisa
menjangkau individu-individu di
sekelilingmu ; orang dari segala
usia, ras, agama, kebudayaan,
ukuran, bentuk dan seterusnya.
Melihat gambaran besarnya juga
berarti kamu lebih siap
menghadapi kejutan dan
kemunduran. Kamu bisa melihat
angin ributnya sebelum awannya
muncul.
13. Bersikaplah fleksibel dan mampu
beradaptasi. Ketika kakekmu
masih muda, mungkin ia
menekuni pekerjaan atau karir
yang itu-itu juga seumur
hidupnya. Kamu mungkin perlu
berganti karir tiga, empat kali
seumur hidupmu. Sekarang dan
dimasa mendatang, orang yang
sukses adalah orang yang
berubah, belajar dan bertumbuh.
Bersikaplah terbuka terhadap
ide-ide baru.
14. Bersedialah menunda
keinginanmu. Orang dewasa
dapat menunda keinginannya
mungkin saja membeli rumah
yang melampaui kesanggupan
mereka. Kalau kamu bersedia
bekerja keras, membangun
keterampilan yang kamu
butuhkan dan menantikan saat
yang tepat kamu bisa
mendapatkan hal-hal baik yang
kamu inginkan dan itu adalah
bagian dari hikmat.
15. Beranikanlah diri mengambil
resiko atau tampak konyol. Agar
menjadi bijaksana, kamu
membutuhkan keberanian untuk
memandang segalanya dari sudut
yang berbeda dan menentang
ide-ide yang sudah diterima
serta cara-cara mengerjakan
segalanya yang sudah terbiasa.
Terkadang, orang mungkin saja
mengolok-olok kamu. Christoper
Columbus tampak konyol di mata
bangsa Eropa ketika ia
menantang ide bahwa ia akan
jatuh di ujung bumi seandainya
ia berlayar terus ke barat.
16. Memberi dan menerima. Orang
bijak mau menerima bantuan
sesamanya dan juga mengulurkan
tangan membantu sesamanya
sementara mereka sama-sama
menaiki tangga kehidupan.
17. Bersikaplah tegas untuk menolak
hal-hal yang tidak memberikan
progress dalam hidupmu terlebih
lagi hal-hal yang membawa
kepada kemunduran dan
kejarlah kekudusan baik dalam
pikiran,perkataan & perbuatan.
18. Cobalah untuk bersikap terbuka,
sekalipun tidak harus kepada
semua orang kita bersikap
transparan.
19. Konsisten dengan apa yang kau
ucapkan & komitmen dengan apa
yang kau lakukan.
20. Dan jadikan Integritas sebagai
fondasi kuat dalam menentukan
sikap.